ARTIKEL ISLAM: TELAGA RASULULLAH SAW

Minggu, 22 Juni 2014

TELAGA RASULULLAH SAW


TELAGA RASULULLAH SAW


            Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah swt, Rabb semesta alam. Sholawat dan salam atas Nabi kita Muhammad, keluarga, shohabat dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat. Amma ba’du

           Pada hari kiamat nanti, di Padang Mahsyar akan didatangkan telaga milik Nabi  dan Ash-Shirot dipasang di atas punggung jahannam. Ash-Shirot adalah jembatan yang terbentang diantara surga dan neraka, manusia melewatinya sesuai dengan kadar amalnya. Diantara mereka ada yang lewat seperti (kecepatan) kedipan mata, dan diantara mereka ada yang lewat seperti kilat, dan diantara mereka ada yang lewat seperti angin, dan diantara mereka ada yang lewat seperti kuda pacuan, dan diantara mereka ada yang lewat seperti unta tunggangan, dan diantara mereka ada yang lewat dengan berlari, dan ada yang lewat dengan berjalan dan bahkan ada yang merangkak, dan mereka ada yang dikait lalu dilemparkan ke dalam Jahannam, karena di atas Ash-Shirot tersebut terdapat kait-kait yang akan mengait manusia dengan sebab amal-amal mereka. Jika mereka telah melewati Ash-Shirot, mereka berhenti di atas Al-Qonthoroh (jembatan kecil) yang berada diantara surga dan neraka. Maka sebagiannya akan di qishos oleh sebagian yang lain. Setelah hati mereka dibersihkan dan dijernihkan, mereka diizinkan untuk masuk ke dalam surga, yang pertama kali meminta agar pintu surga dibuka adalah Nabi kita Muhammad, dan umat pertama yang akan masuk surga adalah umat Muhammad.


Al Haudh (Telaga Rasulullah )

Secara bahasa Al Haudh (telaga) berarti tempat berkumpulnya air. Adapun dalam syari’at Islam yang dimaksud dengan Al Haudh (telaga) adalah tempat berkumpulnya air yang mengalir dari sungai Al Kautsar yang dimiliki oleh Nabi  di Padang Mahsyar.

            Samahatusy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin  berkata: Pembicaraan tentang telaga Nabi  mencakup beberapa sisi yaitu:

Pertama: Telaga Nabi  telah ada sekarang.


Karena Nabi  telah menetapkan hal tersebut, dimana pada suatu hari didalam khutbahnya di hadapan para shohabatnya beliau saw bersabda:

وَإِنِّيْ وَاللهِ لأَنْظُرُ إِلىٰ حَوْضِيْ اْلآنَ

“Dan demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar telah melihat telagaku sekarang”.
[H.R Al Bukhori dan Muslim  dari Uqbah bin ‘Amir]

Beliau saw juga telah menetapkan di dalam sabdanya:

وَمِنْبَرِيْ عَلىٰ حَوْضِيْ

“Dan mimbarku berada di atas telagaku”.
[H.R Al Bukhori  dan Muslim  dari Abu Hurairah ]

Sabda beliau  ini mengandung kemungkinan bahwa mimbar beliau tersebut benar-benar berada di atas telaga hanya saja kita tidak melihatnya karena hal ini merupakan perkara gaib; atau kemungkinan mimbar beliau tersebut kelak pada Hari Kiamat akan diletakkan di atas telaga beliau

Kedua: Pada Telaga Rasulullah saw mengalir dua pancuran dari sungai Al Kautsar yang Allah  anugerahkan kepada Nabi
Imam Muslim  meriwayatkan dari Shohabat Tsauban  bahwasanya Nabi  ditanya tentang air telaga beliau saw, maka beliau saw bersabda:

أَشَدُّ بَيَضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَ أَحْلىٰ مِنَ الْعَسَلِ، يَغُتُّ فِيْهِ مِيْزَابَانِ يَمُدَّانِهِ مِنَ الْجَنَّةِ، أَحَدُهُمَا مِنْ ذَهَبٍ وَاْلآخِرُ مِنْ وَرِقٍ

“…(Airnya) lebih putih daripada susu, lebih manis daripada madu, mengalir padanya dua pancuran dari surga, salah satu pancuran tersebut dari emas dan yang lainnya dari perak”.

      Beliau saw juga bersabda:

وَأَعْطَانِي اْلكَوْثَرَ وَهُوَ نَهْرٌ فِيْ اْلجَنَّةِ يَسِيْلُ فِيْ حَوْضٍ


Allah ta’ala memberiku Al Kautsar, dan Al Kautsar ini adalah sungai di surga yang mengalir ke telaga”.
[Hadits hasan riwayat Imam Ahmad ]

Ketiga: Waktu (keberadaan) Telaga tersebut adalah sebelum melewati Ash Shirot (jembatan yang dibentangkan di atas punggung Jahannam)
Karena kedudukannya menunjukkan demikian, dimana manusia membutuhkan minum di Padang Mahsyar sebelum melewati Ash Shirot. Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolaniy  mengatakan: “Dan jelaslah bahwasanya Telaga adalah sebelum Ash Shirot”.

Keempat: Yang akan mendatangi telaga Nabi saw hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah  dan Rasulnya , yang mengikuti syari’atnya.

Adapun orang-orang yang enggan dan sombong dari mengikuti syari’at, maka mereka akan tersingkir dari telaga tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Al Bukhori  dan Muslim  dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy , ia berkata: Saya mendengar Nabi saw bersabda:

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى اْلحَوْضِ، مَنْ وَرَدَ شَرِبَ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأ ْ أَبَدًا. وَلَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُوْنِي ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُمْ

“Sesungguhnya aku adalah yang terdepan diantara kalian mendatangi telaga. Barangsiapa yang mendatanginya maka dia akan minum dari air telaga tersebut dan barangsiapa yang meminumnya maka dia tidak akan haus selama-lamanya. Dan sungguh akan datang kepadaku beberapa kaum, aku mengenali mereka dan merekapun mengenal dirku, kemudian antara aku dan mereka dihalangi”.


Dan Abu Sa’id Al Khudriy  manambahkan bahwasanya Nabi berkata:

إِنَّهُمْ مِنِّيْ، فَيُقَالُ: إِنَّكَ لاَ تَدْرِيْ مَاعَمِلُوْا بَعْدَكَ. فَأَقُوْلُ: سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِيْ

“Sesungguhnya mereka itu dari golonganku! Maka dikatakan: “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan sepeninggalmu. Maka aku (Nabi ) berkata: “Sungguh jauh, sungguh jauh bagi orang-orang yang mengadakan perubahan (dalam urusan agama) sepeninggalku”.

Kelima: Air Telaga tersebut lebih putih daripada susu, lebih manis daripada madu dan lebih harum daripada bau misik (minyak kasturi)
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Al Bukhori  dan Muslim  dari Abdullah bin ‘Amr , bahwa Rasulullah saw bersabda:

حَوْضِيْ مَسِيْرَةُ شَهْرٍ، مَا ؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَرِيْحُهُ أَطْيَبُ مِنَ اْلمِسْكِ وَكِيْزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَ فَلاَ يَظْمَأُ أَبَدًا

“Telagaku sepanjang perjalanan satu bulan, airnya lebih putih daripada susu, baunya lebih harum daripada misik, kendi-kendinya seperti bintang di langit. Barangsiapa yang minum darinya, niscaya dia tidak akan haus selamanya”.

Keenam: Kendi-kendi Telaga Rasulullah  seperti bintang-bintang di langit
Hal ini sebagaimana tersebut dalam sebagian lafadz hadits:

...وَكِيْزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ...

“...Dan kendi-kendinya seperti bintang di langit...”
[H.R. Al Bukhori  dan Muslim ]

Lafadz hadits ini adalah lafadz yang syumul (mencakup beberapa makna), sebab lafadz “seperti bintang-bintang di langit”, bisa bermakna “Seperti jumlah bintang-bintang di langit”, bisa pula bermakna “Seperti sifat bintang-bintang di langit”. Jadi kendi-kendi Telaga Rasulullah saw seperti jumlah dan kilauan bintang-bintang di langit.

Ketujuh: Barangsiapa yang minum air Telaga Rasulullah  sekali minum, maka dia tidak akan haus selama-lamanya, bahkan ketika di atas Ash Shirot dan setelah melewati Ash Shirot.

Ini merupakan sifat hikmah dari Allah , dimana orang-orang yang meminum dari syari’at Allah  ketika di dunia maka dia tidak akan merugi selamanya.

Kedelapan: Panjang dan lebar telaga Rasulullah  adalah sejauh perjalanan satu bulan

            Hal ini disebutkan dalam hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash  riwayat Imam Muslim  bahwa Rasulullah  bersabda:

حَوْضِيْ مَسِيْرَةُ شَهْرٍ وَزَوَايَاهُ سَوَاءُ...

“Telagaku sepanjang perjalanan satu bulan, dan sudut-sudutnya sama...”.

            Para ulama berkata: Maknanya adalah bahwa panjangnya sama dengan lebarnya.



 -------------------------------------------------------


Ash Shirot


Ash Shirot secara bahasa berarti “jalan”. Sedang menurut pengertian syari’at Islam Ash Shirot adalah “jembatan yang dibentangkan di atas neraka Jahannam yang akan dilewati oleh manusia menuju surga.”

 Keadaan Ash Shirot
Nabi  pernah ditanya tentang Ash Shirot, maka beliau  menjawab: “Ash Shirot itu licin dan menggelincirkan. Padanya terdapat besi-besi bercakar, kait-kait besi dan tumbuhan yang terbentang yang memiliki duri-duri serta kait-kait besi yang mencelakakan yang disebut As-Sa’daan”.
[H.R. Muslim ]

Dan di dalam hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori  disebutkan:

“Dan pada Ash Shirot itu terdapat kait-kait besi seperti duri-duri As-Sa’daan, akan tetapi tidak ada yang mengetahui besarnya kecuali Allah . Manusia disambar sesuai dengan amal-amal mereka”.

Sebagian ulama berkata: Ash Shirot adalah jembatan yang sangat tipis sebagaimana tergambar dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudriy  yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
أَنَّهُ أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرِ وَأَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ

“Bahwasanya ia (Ash Shirot) lebih tipis daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang”.

Atas dasar hadits di atas, timbul pertanyaan: Bagaimana mungkin orang bisa lewat di atas jalan yang demikian keadaannya? Maka jawabannya adalah: Sesungguhnya perkara-perkara akhirat tidak bisa diqiyaskan (disamakan) dengan perkara-perkara dunia, dan Allah  Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 Orang-orang yang lewat di atas Ash Shirot

Adapun orang yang akan melewati Ash Shirot adalah khusus orang-orang yang beriman, sebab orang-orang kafir telah masuk ke dalam neraka sebelum melewati Ash Shirot.

Orang-orang yang beriman akan melewati Ash Shirot sesuai dengan kadar amal-amal mereka. Maka diantara mereka ada yang lewat seperti kecepatan kedipan mata serta ada yang lewat seperti kilat, dan kedipan mata lebih cepat daripada kilat. Diantara mereka ada yang lewat seperti kecepatan angin, dan tidak diragukan lagi bahwasanya angin berjalan dengan cepat bahkan kadang-kadang mencapai kecepatan 140 mil per jam. Diantara mereka ada yang lewat seperti kecepatan kuda pacuan serta ada yang lewat seperti kecepatan unta tunggangan, dan pada umumnya kuda pacuan lebih cepat daripada unta tunggangan. Diantara mereka ada yang lewat dengan berlari dan ada yang berjalan serta ada yang merangkak, yakni berjalan dengan menyeret pantatnya, dan semuanya menginginkan agar bisa melewati  Ash Shirot.

Keadaan orang-orang yang melewati Ash Shirot ini sebagaimana termaktub dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudriy  yang diriwayatkan oleh Al Imam Bukhori  dan Al Imam Muslim .

Berjalannya manusia di atas Ash Shirot bukan semata-mata berdasarkan pilihan mereka. Seandainya semata-mata berdasarkan pilihan mereka niscaya mereka akan menyukai untuk melewati Ash Shirot dengan cepat, akan tetapi cepatnya perjalanan tersebut sesuai dengan cepatnya mereka menerima syari’at ketika di dunia ini, barangsiapa yang cepat menerima syari’at yang dibawa oleh para Rasul, maka dia akan cepat melewati Ash Shirot; dan jika lambat maka akan lambat pula dia melewati Ash Shirot sebagai balasan yang pantas baginya. Dan “Jenis balasan adalah sesuai dengan jenis amal”.

------------------------------------------------------

Al Qonthoroh

Al Qonthoroh bermakna jembatan, namun ia adalah jembatan yang berukuran kecil yang berada di antara surga dan neraka.

Para ulama berbeda pendapat tentang Al Qonthoroh ini, apakah ia adalah ujung Ashirot (jembatan yang dibentangkan di atas Jahannam) atau ia adalah jembatan tersendiri? Dan yang benar adalah kita mengatakan [اَللهُ أَعْلَمُ] (hanya Allah  yang mengetahui), dan kita tidak mengetahui keadaannya, akan tetapi kita mengetahui bahwasanya manusia akan berhenti di atasnya.

Di Al Qonthoroh ini sebagian manusia akan diqishos oleh sebagian yang lain. Namun qishos ini bukanlah qishos yang pertama yang terjadi di Padang Mahsyar. Qishos ini adalah qishos yang lebih khusus, yakni untuk menghilangkan rasa dendam, kedengkian dan permusuhan dari hati-hati manusia agar hati mereka suci dan bersih, hingga mereka masuk ke dalam surga dalam keadaan tidak ada lagi di hati mereka rasa dendam, sebagaimana firman Allah :

“Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan”. [Q.S Al-Hijr: 47]

Setelah hati mereka dibersihkan dan dijernihkan, maka mereka diizinkan untuk masuk ke dalam surga, namun mereka tidak mendapati pintu surga itu terbuka, maka Nabi  memohon syafa’at kepada Allah  agar bisa membuka pintu surga bagi mereka. Nabi  bersabda:

أَناَ أَوَّلُ شَفِيْعٌ فِيْ الْجَنَّةِ

“Aku adalah orang yang pertama kali memohon syafa’at di surga”. [H.R Imam Muslimmeriwayatkan dari Anas bin Malik]

Dalam lafadz lain disebutkan:


أنا أَوَّلُ مَنْ يَقْرَعُ بَابَ اْلجَنَّةِ


Aku adalah yang pertama mengetuk pintu surga”.

Dan umat pertama yang akan memasuki surga adalah umat Muhammad . Imam Muslim  meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Rasulullah saw bersabda:

نَحْنُ اْلآخِرُونَ اْلأَوَّلُونَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَنَحْنُ أَوَّلُ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ

“Kami adalah umat yang terakhir yang pertama pada hari kiamat, dan kami adalah yang pertama memasuki surga”.

Dan ini berlaku pada semua kejadian/tempat-tempat pada Hari Kiamat.

Maroji’ (Kitab rujukan):

-      Syarah Aqidah Wasithiyah, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin
-      Syarah Lum’atul I’tiqod, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin
-      Syarah Shohih Muslim , Imam Muhyiddin An-Nawawi

وَالله ُتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعٰلَمِيْنَ






Tidak ada komentar:

Posting Komentar