TELAGA
RASULULLAH SAW
Alhamdulillah,
segala puji hanyalah milik Allah swt, Rabb semesta alam. Sholawat dan salam atas
Nabi kita Muhammad, keluarga, shohabat dan orang-orang yang
mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat. Amma ba’du
Pada hari kiamat nanti, di Padang Mahsyar akan didatangkan telaga milik Nabi dan Ash-Shirot dipasang di atas punggung jahannam. Ash-Shirot adalah jembatan yang terbentang diantara surga dan neraka, manusia melewatinya sesuai dengan kadar amalnya. Diantara mereka ada yang lewat seperti (kecepatan) kedipan mata, dan diantara mereka ada yang lewat seperti kilat, dan diantara mereka ada yang lewat seperti angin, dan diantara mereka ada yang lewat seperti kuda pacuan, dan diantara mereka ada yang lewat seperti unta tunggangan, dan diantara mereka ada yang lewat dengan berlari, dan ada yang lewat dengan berjalan dan bahkan ada yang merangkak, dan mereka ada yang dikait lalu dilemparkan ke dalam Jahannam, karena di atas Ash-Shirot tersebut terdapat kait-kait yang akan mengait manusia dengan sebab amal-amal mereka. Jika mereka telah melewati Ash-Shirot, mereka berhenti di atas Al-Qonthoroh (jembatan kecil) yang berada diantara surga dan neraka. Maka sebagiannya akan di qishos oleh sebagian yang lain. Setelah hati mereka dibersihkan dan dijernihkan, mereka diizinkan untuk masuk ke dalam surga, yang pertama kali meminta agar pintu surga dibuka adalah Nabi kita Muhammad, dan umat pertama yang akan masuk surga adalah umat Muhammad.
Al Haudh (Telaga Rasulullah )
Secara bahasa Al Haudh
(telaga) berarti tempat berkumpulnya air. Adapun dalam syari’at Islam yang
dimaksud dengan Al Haudh (telaga) adalah tempat berkumpulnya air yang mengalir
dari sungai Al Kautsar yang dimiliki oleh Nabi di
Padang Mahsyar.
Samahatusy
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin berkata: Pembicaraan tentang telaga Nabi mencakup beberapa sisi yaitu:
Pertama: Telaga Nabi telah
ada sekarang.
Karena Nabi telah menetapkan hal tersebut, dimana pada suatu hari didalam khutbahnya di hadapan para shohabatnya beliau saw bersabda:
وَإِنِّيْ وَاللهِ لأَنْظُرُ
إِلىٰ حَوْضِيْ اْلآنَ
“Dan demi Allah, sesungguhnya aku
benar-benar telah melihat telagaku sekarang”.
[H.R Al
Bukhori dan Muslim dari Uqbah bin ‘Amir]
Beliau saw juga
telah menetapkan di dalam sabdanya:
وَمِنْبَرِيْ عَلىٰ حَوْضِيْ
“Dan mimbarku berada di atas
telagaku”.
[H.R Al
Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah ]
Sabda beliau ini
mengandung kemungkinan bahwa mimbar beliau tersebut benar-benar berada di atas
telaga hanya saja kita tidak melihatnya karena hal ini merupakan perkara gaib;
atau kemungkinan mimbar beliau tersebut kelak pada Hari Kiamat akan diletakkan
di atas telaga beliau
Kedua: Pada Telaga Rasulullah saw mengalir dua pancuran dari sungai Al Kautsar yang
Allah anugerahkan kepada Nabi
Imam Muslim meriwayatkan dari Shohabat Tsauban bahwasanya Nabi ditanya tentang air telaga beliau saw, maka beliau saw bersabda:
أَشَدُّ بَيَضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَ أَحْلىٰ
مِنَ الْعَسَلِ، يَغُتُّ فِيْهِ مِيْزَابَانِ يَمُدَّانِهِ مِنَ الْجَنَّةِ، أَحَدُهُمَا
مِنْ ذَهَبٍ وَاْلآخِرُ مِنْ وَرِقٍ
“…(Airnya)
lebih putih daripada susu, lebih manis daripada madu, mengalir padanya dua
pancuran dari surga, salah satu pancuran tersebut dari emas dan yang lainnya
dari perak”.
Beliau saw juga
bersabda:
وَأَعْطَانِي اْلكَوْثَرَ
وَهُوَ نَهْرٌ فِيْ اْلجَنَّةِ يَسِيْلُ فِيْ حَوْضٍ
Allah ta’ala memberiku Al Kautsar, dan Al Kautsar ini adalah sungai di surga yang mengalir ke telaga”.
[Hadits hasan riwayat Imam Ahmad ]
Ketiga: Waktu (keberadaan) Telaga
tersebut adalah sebelum melewati Ash Shirot (jembatan yang dibentangkan di atas
punggung Jahannam)
Karena kedudukannya
menunjukkan demikian, dimana manusia membutuhkan minum di Padang Mahsyar
sebelum melewati Ash Shirot. Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolaniy mengatakan: “Dan jelaslah bahwasanya Telaga
adalah sebelum Ash Shirot”.
Keempat: Yang akan mendatangi telaga
Nabi saw hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasulnya , yang mengikuti syari’atnya.
Adapun orang-orang yang
enggan dan sombong dari mengikuti syari’at, maka mereka akan tersingkir dari
telaga tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Al Bukhori dan Muslim dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy , ia berkata: Saya mendengar Nabi saw bersabda:
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى
اْلحَوْضِ، مَنْ وَرَدَ شَرِبَ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأ ْ أَبَدًا. وَلَيَرِدَنَّ
عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُوْنِي ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُمْ
“Sesungguhnya
aku adalah yang terdepan diantara kalian mendatangi telaga. Barangsiapa yang
mendatanginya maka dia akan minum dari air telaga tersebut dan barangsiapa yang
meminumnya maka dia tidak akan haus selama-lamanya. Dan sungguh akan datang
kepadaku beberapa kaum, aku mengenali mereka dan merekapun mengenal dirku, kemudian
antara aku dan mereka dihalangi”.
Dan Abu Sa’id Al Khudriy manambahkan
bahwasanya Nabi berkata:
إِنَّهُمْ مِنِّيْ، فَيُقَالُ: إِنَّكَ
لاَ تَدْرِيْ مَاعَمِلُوْا بَعْدَكَ. فَأَقُوْلُ: سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ
بَعْدِيْ
Kelima: Air Telaga tersebut lebih
putih daripada susu, lebih manis daripada madu dan lebih harum daripada bau
misik (minyak kasturi)
Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam hadits riwayat Al Bukhori dan Muslim dari Abdullah bin ‘Amr , bahwa Rasulullah saw bersabda:
حَوْضِيْ مَسِيْرَةُ
شَهْرٍ، مَا ؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَرِيْحُهُ أَطْيَبُ مِنَ اْلمِسْكِ وَكِيْزَانُهُ
كَنُجُومِ السَّمَاءِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَ فَلاَ يَظْمَأُ أَبَدًا
“Telagaku
sepanjang perjalanan satu bulan, airnya lebih putih daripada susu, baunya lebih
harum daripada misik, kendi-kendinya seperti bintang di langit. Barangsiapa
yang minum darinya, niscaya dia tidak akan haus selamanya”.
Keenam: Kendi-kendi Telaga
Rasulullah seperti bintang-bintang di langit
Hal ini sebagaimana tersebut
dalam sebagian lafadz hadits:
...وَكِيْزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ...
“...Dan kendi-kendinya seperti bintang di langit...”
[H.R. Al Bukhori dan Muslim ]
Lafadz hadits ini adalah lafadz yang syumul (mencakup
beberapa makna), sebab lafadz “seperti bintang-bintang di langit”, bisa bermakna
“Seperti jumlah bintang-bintang di langit”, bisa pula bermakna “Seperti sifat
bintang-bintang di langit”. Jadi kendi-kendi Telaga Rasulullah saw seperti jumlah dan kilauan bintang-bintang di
langit.
Ketujuh: Barangsiapa yang minum air
Telaga Rasulullah sekali
minum, maka dia tidak akan haus selama-lamanya, bahkan ketika di atas Ash
Shirot dan setelah melewati Ash Shirot.
Ini merupakan sifat hikmah
dari Allah , dimana orang-orang yang meminum dari
syari’at Allah ketika
di dunia maka dia tidak akan merugi selamanya.
Kedelapan: Panjang dan lebar telaga
Rasulullah adalah
sejauh perjalanan satu bulan
حَوْضِيْ مَسِيْرَةُ شَهْرٍ وَزَوَايَاهُ
سَوَاءُ...
“Telagaku
sepanjang perjalanan satu bulan, dan sudut-sudutnya sama...”.
Para
ulama berkata: Maknanya adalah bahwa panjangnya sama dengan lebarnya.
-------------------------------------------------------
Ash Shirot
Ash Shirot secara bahasa
berarti “jalan”. Sedang menurut pengertian syari’at Islam Ash Shirot adalah
“jembatan yang dibentangkan di atas neraka Jahannam yang akan dilewati oleh
manusia menuju surga.”
Keadaan Ash Shirot
[H.R. Muslim
]
Dan di dalam hadits Abu
Hurairah yang
diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori disebutkan:
“Dan pada Ash Shirot itu terdapat kait-kait besi seperti
duri-duri As-Sa’daan, akan tetapi tidak ada yang mengetahui besarnya kecuali
Allah . Manusia disambar sesuai dengan amal-amal
mereka”.
Sebagian ulama berkata: Ash
Shirot adalah jembatan yang sangat tipis sebagaimana tergambar dalam hadits Abu
Sa’id Al-Khudriy yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim:
أَنَّهُ أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرِ وَأَحَدُّ
مِنَ السَّيْفِ
“Bahwasanya
ia (Ash Shirot) lebih tipis daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang”.
Orang-orang yang lewat di
atas Ash Shirot
Adapun orang yang akan
melewati Ash Shirot adalah khusus orang-orang yang beriman, sebab orang-orang
kafir telah masuk ke dalam neraka sebelum melewati Ash Shirot.
Orang-orang yang beriman akan
melewati Ash Shirot sesuai dengan kadar amal-amal mereka. Maka diantara mereka
ada yang lewat seperti kecepatan kedipan mata serta ada yang lewat seperti
kilat, dan kedipan mata lebih cepat daripada kilat. Diantara mereka ada yang
lewat seperti kecepatan angin, dan tidak diragukan lagi bahwasanya angin
berjalan dengan cepat bahkan kadang-kadang mencapai kecepatan 140 mil per jam.
Diantara mereka ada yang lewat seperti kecepatan kuda pacuan serta ada yang
lewat seperti kecepatan unta tunggangan, dan pada umumnya kuda pacuan lebih
cepat daripada unta tunggangan. Diantara mereka ada yang lewat dengan berlari
dan ada yang berjalan serta ada yang merangkak, yakni berjalan dengan menyeret
pantatnya, dan semuanya menginginkan agar bisa melewati Ash Shirot.
Berjalannya manusia di atas
Ash Shirot bukan semata-mata berdasarkan pilihan mereka. Seandainya semata-mata
berdasarkan pilihan mereka niscaya mereka akan menyukai untuk melewati Ash Shirot
dengan cepat, akan tetapi cepatnya perjalanan tersebut sesuai dengan cepatnya
mereka menerima syari’at ketika di dunia ini, barangsiapa yang cepat menerima
syari’at yang dibawa oleh para Rasul, maka dia akan cepat melewati Ash Shirot;
dan jika lambat maka akan lambat pula dia melewati Ash Shirot sebagai balasan
yang pantas baginya. Dan “Jenis balasan adalah sesuai dengan jenis amal”.
------------------------------------------------------
Al Qonthoroh
Al Qonthoroh bermakna
jembatan, namun ia adalah jembatan yang berukuran kecil yang berada di antara
surga dan neraka.
Para ulama berbeda pendapat
tentang Al Qonthoroh ini, apakah ia adalah ujung Ashirot (jembatan yang
dibentangkan di atas Jahannam) atau ia adalah jembatan tersendiri? Dan yang
benar adalah kita mengatakan [اَللهُ أَعْلَمُ] (hanya
Allah yang
mengetahui), dan kita tidak mengetahui keadaannya, akan tetapi kita mengetahui
bahwasanya manusia akan berhenti di atasnya.
Di Al Qonthoroh ini sebagian
manusia akan diqishos oleh sebagian yang lain. Namun qishos ini bukanlah qishos
yang pertama yang terjadi di Padang Mahsyar. Qishos ini adalah qishos yang
lebih khusus, yakni untuk menghilangkan rasa dendam, kedengkian dan permusuhan
dari hati-hati manusia agar hati mereka suci dan bersih, hingga mereka masuk ke
dalam surga dalam keadaan tidak ada lagi di hati mereka rasa dendam,
sebagaimana firman Allah :
“Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di
dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di
atas dipan-dipan”.
[Q.S
Al-Hijr: 47]
Setelah hati mereka dibersihkan dan dijernihkan, maka
mereka diizinkan untuk masuk ke dalam surga, namun mereka tidak mendapati pintu
surga itu terbuka, maka Nabi memohon syafa’at kepada Allah agar
bisa membuka pintu surga bagi mereka. Nabi bersabda:
أَناَ أَوَّلُ شَفِيْعٌ فِيْ الْجَنَّةِ
“Aku
adalah orang yang pertama kali memohon syafa’at di surga”. [H.R Imam
Muslimmeriwayatkan dari Anas bin Malik]
Dalam lafadz lain disebutkan:
أنا أَوَّلُ مَنْ يَقْرَعُ بَابَ
اْلجَنَّةِ
Aku
adalah yang pertama mengetuk pintu surga”.
Dan umat pertama yang akan
memasuki surga adalah umat Muhammad . Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Rasulullah saw bersabda:
نَحْنُ اْلآخِرُونَ اْلأَوَّلُونَ يَوْمَ
اْلقِيَامَةِ، وَنَحْنُ أَوَّلُ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ
“Kami
adalah umat yang terakhir yang pertama pada hari kiamat, dan kami adalah yang
pertama memasuki surga”.
Dan ini berlaku pada semua
kejadian/tempat-tempat pada Hari Kiamat.
Maroji’
(Kitab rujukan):
-
Syarah
Aqidah Wasithiyah, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin
-
Syarah
Lum’atul I’tiqod, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin
-
Syarah
Shohih Muslim , Imam Muhyiddin An-Nawawi
وَالله ُتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعٰلَمِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar